BREAKING NEWS
Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts

Friday, March 13, 2020

Akhir Zaman

                  (gambar: inspira data)

Jika memang Raja Salman nanti wafatnya karena di bunuh...!!! maka benarlah, dia raja yg disebut Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits nya. Karena setelah wafatnya beliau, maka akan muncul Al Mahdi yang menggantikan posisi beliau. Dalam kalkulasi sebagian ulama, maka amat dekatlah peristiwa ini terjadi.
- Saat ini kita bisa lihat raja salman semakin menua.
- Gejolak didalam kerajaan arab saudi
saat ini sedang terjadi.
- Salju turun di arab.
- Sungai eufrat mengering.
- Penindasan dan pembantaian umat Islam terjadi dimana mana.
- Orang berlomba lomba membangun gedung tinggi.

Namun yang lebih ditakutkan adalah, sebelum Al Mahdi dan Dajjal keluar, akan ada peristiwa Dukhon (kabut asap) selama 40 hari 40 malam, dunia akan gelap gulita karena tidak ada matahari, listrik dan ekonomi hancur, Tekhnologi musnah, tidak ada yang dapat dimakan, Air mengering.

Maka orang-orang yang tidak beriman saat itu hanya punya 2pilihan,,, bunuh diri atau menjadi brutal.
Dan wajah orang-orang munafik menjadi hitam karena panasnya dukhon. Saya pribadi sangat takut apabila wajah ini menjadi hitam, karena digolongkan termasuk orang munafik...!!!Naudzubillah tsumma Nauudzubillah Mindzalik

semakin dekat peristiwa akhir zaman ini...!!!
Dan Rosululloh Shallallohu 'Alaihi Wasallam telah mengabarkannya 1400 tahun yang lalu...!!!

Perlu Kita renungkan, perbedaan kita (UMMAT NABI) saat ini dengan para sahabat Nabi dahulu sangatlah jauh. Apabila dulu ketika Rosululloh mengabarkan tentang risalah tanda-tanda akhir zaman kepada para sahabat, maka pastilah para sahabat menangis bahkan sampai pingsan. Akan tetapi saat ini yang sudah jelas bahwasanya Kita hidup di akhir zaman, Kita masih saja memikirkan duniawi yang sifatnya hanya sementara ini dan masih bisa saja tertawa terbahak bahak, seolah menganggap semuanya masih jauh.
Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memperlihatkan begitu banyaknya tanda-tanda Huru Hara Akhir Zaman dan menjelang kehancuran alam semesta..!!!

Diakhir zaman ini.
Bukan waktunya lagi kita bersantai.
Bukan waktunya lagi kita berleha leha
Bukan waktunya lg saling menghujat,saling menyalahkan sesama.
Kini waktunya kita untuk perbaiki diri dan keluarga.
Memperbaiki iman dan amal, memperbaiki hubungan sesama muslim tanpa menghujat, menyalahkan, tanpa menjatuhkan kerabatnya.
Semoga ALLAH Ta'ala melindungi kita semua dari fitnah akhir zaman dan fitnah dajjal.
AAMIIN ALLAHUMMA AAMIIN

Wallahu 'Alam...


Thursday, March 5, 2020

Dosa Dosa Suami terhadap keluarganya yang paling Allah Benci


(Gambar: tentangyaya,blogspot.com)


1. Mengabaikan Seksual Istri
Jika seseorang diantara kalian bersenggama dengan istrinya, hendak ia melakukannya dengan penuh kesungguhan, bila ia telah menyelesaikan kebutuhannya (mendapat kepuasan) sebelum istrinya mendapat kepuasan , janganlah ia buru buru sampai istrinya menemukan kepuasan (HR. Abdul Razzaq dan Abu Ya’la Zami Kabir II/19/1233)

2. Menyebarkan Rahasia berhubungan dengan Istri
Saat Berhubungan suami istri harus dilakukan di tempat yang tertutup atau tidak terlihat oleh orang, bahkan suara pun tidak boleh terdengan oleh orang lain. Suami istri harus menjaga kehormatan masing masing di hadapan orang lain.

3. Menyenggamai Istri Lewat Duburnya
Umar (ibnu Khathatha) datang menemui Rasulullah Saw, iya bertanya “Ya Rasulullah saya telah binasa . beliau bertanya “apa yang membuat kamu binasa?” ia menjawab, “semalam saya telah membalik posisi istri saya. Tetapi beliau tidak menjawab sedikit pun. lalu turun kepada Rasulullah Saw ayat “istri kalian adalah ladang bagi kalian, datangilah ladang kalian dimana dan kapan saja kalian kehendaki” selanjutnya beliau bersabda “datanglah dari depan atau belakang, tapi jauhi Dubur dan ketika Haid. (HR Tarmidzi no.2906).

4. Tidak Melunasi Mahar Istri
Tempatkan lah mereka (para istri ) ditempat kalian bertempat tinggal menurut kemampuan kalian dan janganlah menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Jika mereka (istri yang di Thalaq) itu sedang hamil, berikanlah nafkahnya kepada mereka sampai mereka melahirkan. Rasulullah Saw, bersabda “siapa saja laki laki yang menikahi seorang perempuan dengan mahar sedikt atau banyak, tetapi dalam hatinya bermaksud tidak akan menunaikan apa yang menjadi hak perempuan itu, berarti ia telah mengacuhkannya, bila ia mati sebelum memenunaikan hak perempuan itu, kelak di hari kiamat ia akan bertemu Allah sebagai orang yang Fasiq” (HR Thabrani, Al Mu’jamul, Ausath II/237/1851)

5. Tidak Memberi Tempat Tinggal Yang Aman
Tempatkan lah mereka (para istri ) ditempat kalian bertempat tinggal menurut kemampuan kalian dan janganlah menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Jika mereka (istri yang di Thalaq) itu sedang hamil, berikanlah nafkahnya kepada mereka sampai mereka melahirkan...(QS At-Thalaaq 65:6)

6. Merusak Martabat Istri
Rasulullah Saw bersabda” jangan kalian memukul dan jangan kalian menjelek-jelekan mereka. (HR Abu Dawud no 1832)

7. Menuduh Istri Berzina
‘Dan orang-orang yang menuduh istri mereka berzina , padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian satu orang dari mereka adalah bersumpah 4 kali dengan nama Allah bahwa sesungguhnya dia orang-orang yang benar  (dalam tuduhannya), dan kelimakalinya (ia mengucapkan) bahwa laknat Allah akan menipa dirinya jika ternyata ia tergolong orang-orang yang berdusta” (QS An-Nuur 24:6-7).

Itulah sebagian kecil Dosa Dosa Suami terhadap keluarganya yang paling Allah Benci apabila ada kekeliruan mohon dibenarkan karena penulis juga manusia yang jauh dari kata sempurna.
...... semoga bermanfaat..........

4 Hal Yang Harus Kamu Lakukan Untuk Mempertahankan Rumah Tangga Agar Langgeng Selamanya




Gambar: Kantormeme.blogspot.com

Menikah Bukan Hanya tentang Cinta
Membangun sebuah bahtera rumah tangga tidak hanya didasari oleh rasa cinta saja.  Selain itu, baik kamu ataupun dia harus sanggup berjanji untuk saling melengkapi di kala senang maupun susah.
Pasti ada hari yang harus kamu lalui dengan sebuah pertengkaran, apabila itu terjadi kalian harus saling berjuang untuk bisa melaluinya dan menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi supaya pernikahan kalian tida berujung perceraian.
Ada empat hal yang harus kamu lakukan untuk mempertahankan rumah tangga agar langgeng selamanya.

1. Berusaha untuk membuat pasangan mu bahagia.
Bagai mana tidak, salah satu membina bahtera rumah tangga itu harus bahagia satu sama lain, caranya buat pasangan kalian senyaman mungkin, materi memang penting tapi hal itu bukan nomor satu, berlaku lah baik kepada pasangan mu setiap harinya tentu dia akan merasa nyaman setiap harinya juga.

2. Berusaha Untuk Selalu Jujur
Dalam sebuah hubungan itu kita harus saling terbuka satu sama lain dan tidak ada rahasia – rahasiaan, dia adalah orang yang paling pertama yang harus tau tentang kamu dan sebaliknya.

3. Berusaha untuk memahami pasangan
Kalian berdua pastinya memiliki kepribadian dan latar belakang yang berbeda, pahami sifatnya, mengerti apa yang diinginkan, jika kamu tidak suka apa yang diinginkan maka ajak lah berbica dengan baik-baik, senuah persoalan akan lebih indah jika di selesaikan dengan duduk berbincang berdua.

4. Berusaha untuk mencoba sesuatu yang baru.
Agar tidak membosankan tentunya kita harus hal yang berbeda dari biasanya, ajak pasanagan mu berlibur yang belum kalian berdua datangi, tentu hal itu akan membuat rumah tangga kamu lebih harmonis.

Wednesday, March 4, 2020

Semewah Apapun Gaya Hidup Kamu, Kelak Di Sinilah Tempat Kita Kembali




Banyak alasan yang melatarbelakangi orang-orang yang selalu ingin menjelajah dunia dan mengunjungi tempat-tempat baru. Mereka yang selalu mempertanyakan di mana ujung dunia sementara dunia itu tidak berujung, atau mereka yang ingin melarikan diri dari berbagai macam aktivitas yang sempat memenjarakannya.

Teman saya, seorang manager bank di kota Jakarta adalah penggila traveling. Di tengah kesibukannya, ia adalah pengatur waktu yang hebat. Ia bisa membagi waktu dengan bijak antara traveling dan pekerjaan. Saat weekend, adalah waktu yang tepat untuk melarikan diri dari rutinitas. Mulai dari menjelajah gunung dengan ketinggian standar junior hingga gunung untuk para senior. Pantai-pantai lokal hingga pantai luar pulau pernah ia kunjungi.

Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan memanjakan diri, hingga lupa bahwa umurnya sekarang tidak muda lagi. Wanita dengan umur hampir mendekati 30 dan belum memiliki pasangan hidup menjadi momok menakutkan bagi wanita. Untungnya ia hidup di kota metropolitan dengan orang-orang yang tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Bahkan ia sendiri pun tak peduli dengan anggapan-anggapan miring orang lain.

Muda adalah waktu yang tepat untuk mulai bertualang di dunia luar. Seperti tokoh dari Italia, Marcopolo memulai perjalanannya di usianya 23 tahun yang ikut bersama ayah dan pamannya mengarungi samudera untuk berdagang.

Kamu muda, punya mimpi, dan berani. Menggembaralah sejauh mungkin. Kamu belum terikat oleh banyak tanggungan yang membebanimu. Kamu ringan dan bebas melangkah melesat seperti elang.

Jelajahi tempat-tempat yang akan memberimu banyak pelajaran hidup seperti perjalanan Agustinus Wibowo. Saat ia menjadi seorang mahasiswa di negara China, ia mulai memberanikan diri untuk melihat seperti apa dunia. Agustinus melakukan perjalanannya seorang diri dalam pengembaraannya di Tibet. Ia harus berjalan pincang dengan luka di kaki yang mengharuskan ia menyeret kakinya di tengah malam dalam keadaan badan yang basah kuyub setelah tercebur sungai yang dalam dan berbetu terjal, sungai Kailash. Jarak yang ditempuhnya tidak main-main, 20 kilometer lagi untuk menempuh kota Darchen.

Adapula kisah Ibnu Batuta, seorang tokoh muslim yang melakukan penjelajahan ke seluruh penjuru dunia. Alasannya adalah untuk bertemu dengan orang baru dengan berbagai latar belakang. Dimulai dengan menantang gersangnya gurun pasir yang panas berjarak ratusan kilometer dan bertemu para perompak yang mengancamnya. Sudut demi sudut dunia ia kunjungi untuk mempelajari banyak perbedaan.

Sebuah tempat yang kita sebut rumah

Petualang itu seperti burung merpati. Ratusan kilometer ia tempuh dengan berbagai medan yang berat sekalipun, namun ia pasti akan pulang ke sangkarnya.

Tak ada yang salah dengan melangkah ke tempat-tempat jauh, untuk mendapat wawasan baru, atau juga mendapat kenalan baru. Yang perlu diingat, sejauh apa pun kita melangkah, kita punya tempat yang kita sebut “rumah” sebagai tempat untuk pulang.

Jangan Merasa Malu Terlihat Miskin, Tapi Malulah Saat Pura-Pura Kaya




Jangan malu terlihat miskin, malulah saat kita pura-pura kaya, dan jangan sampai menjalani hidup dengan selalu melihat ke orang yang lebih tinggi. Nikmat hidup itu akan jauh lebih terasa indah meskipun anda datang dari keluarga yang sederhana. Jangan pernah malu pada orang tuamu meskipun mereka hanya seseorang petani, pedagang kecil maupun tukang becak.

Sepanjang mereka berjuang untuk yang halal, maka anda pantas berbangga pada mereka. Jadi kenapa anda harus malu, yang patut anda malukan adalah bila orangtua yaitu beberapa orang yang melakukan pekerjaan dengan penuh penipuan serta kecurangan.

Singkirkan semua bentuk gengsi, lantaran hidup bukanlah permasalahan harta atau pekerjaan elegan. Mulailah berupaya serta tetaplah bantu dan hormati orang tuamu dalam mencari rejeki yang halal. Lantaran tidak ada yang patut dimalukan sepanjang anda berjuang untuk suatu hal yang halal.

Ketika orang tuamu tengah tidur, cobalah pandangilah wajahnya. Pandangilah serta resapi dengan hati, maka anda akan bisa rasakah kepenatan yang mereka rasakan selama seharian. Namun, saat anda adalah anak yang berbakti, suka membantu dan tidak pernah malu pada mereka.

Jadi sebenarnya mereka memiliki jiwa yang begitu kuat. Lantaran mereka yakin, dengan semua usaha yang mereka kerjakan, mereka meyakini jika anda akan jadi orang yang sukses, orang yang akan membawa pergantian pada keluargamu sendiri.

Mereka berusaha keras agar anda bisa bersekolah maupun kuliah. Maka saat itu anda bakal memiliki tanggung jawab yang besar, jadi jalanilah pekerjaan mu sebagai siswa maupun mahasiswa/wi dengan baik. Pekerjaan utamamu hanya jadi siswa atau mahasiswa yang berpendidikan, hingga satu waktu nantinya.

Anda lulus serta bisa memperoleh pekerjaan maupun bangun satu usaha yang jauh tambah baik, jadi jangan sampai lupakan mereka yang telah mengantarkanmu pada titik tersebut.

Setiap orangtua senantiasa menyimpan harapan yang besar pada anaknya. Jadi perjuanganmu untuk dapat jadi orang yang sukses yakni bentuk rasa syukur serta terima kasihmu pada mereka.

Rumah Tangga Akan Terasa Indah Jika Suami Ikut Membantu Pekerjaan Rumah Sang Istri
Meskipun orangtua tidak pernah meminta, namun anda mesti tahu, jika itu cuma akan muncul dari kesadaran sendiri saja. Mereka selalu berdo’a supaya anda dapat jadi orang yang hebat, orang yang bakal membawa pergantian pada keluarga.

Thursday, February 27, 2020

SEHEBAT APAPUN KAMU DISINILAH TEMPATMU KEMBALI



بسم الله الرحمن الرحيم

انالله وانا اليه راجعون

Kita semua milik ALLOH dan akan kembali pada ALLOH

kembali Yang namanya musibah tentu rasanya tidak mengenakkan. Makanya banyak manusia merasa tidak suka bila hidupnya tiba-tiba menjadi menderita karena musibah. Kehidupan yang selama ini mapan bisa hancur tak bersisa. Tidak sedikit di antara mereka yang mengalami kesedihan berlarut-larut hingga menyebabkan stress. Bagaimana kiat menghadapi musibah secara benar dan bijak? Dalam menapaki kehidupan dunia yang fana ini, manusia senantiasa dihadapkan pada dua keadaan, bahagia atau sengsara. Perubahan keadaan itu bisa terjadi kapan saja sesuai dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tahu akan kelemahan dirinya. Tidak dipungkiri, musibah dan bencana akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, sekian orang yang dicinta kini telah tiada. Harta benda musnah tak tersisa. Berbagai agenda dan acara pun harus tertunda. Bahkan segenap pikiran tercurah untuk meratapi diri. Kondisi yang menyayat ini terkadang menggugah orang yang dalam hatinya ada sifat rahmat dan belas kasih. Sehingga uluran tangan dan bela sungkawa pun mengalir dari berbagai arah. Intinya, meringankan penderitaan orang yang terkena bencana. Nilai kepedulian yang datang dari orang lain jelas memberi arti. Namun yang terpenting adalah bagaimana menghibur hati orang yang menderita itu serta menumbuhkan seribu harapan untuk menatap masa depannya. Hal ini penting, karena bantuan dari manusia bisa terputus, dan orang yang kemarin membantu mungkin saja kini justru perlu dibantu. Ini ketika mereka membantu dengan tulus dan tidak ada tendensi lain. Maka bagaimana kiranya jika kebanyakan orang yang membantu punya tujuan-tujuan politis atau bahkan para misionaris yang ingin menancapkan cakarnya di tubuh orang-orang yang lemah untuk dimurtadkan? Maka sudah seharusnya kita umat Islam menjadi orang-orang yang terdepan dalam memberikan bantuan kepada orang-orang yang sedang ditimpa musibah, baik bantuan moril ataupun materil. Kita paparkan di hadapan umat tentang keagungan syariat ini serta keindahannya, dan bahwa Islam ini mampu menjawab problematika zaman. Kita sampaikan hiburan yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya serta petuah para salaf umat ini. Hakikat Musibah Musibah adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Berkata Al-Imam Al-Qurthubi: “Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang mukmin dan yang menimpanya.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 2/175) Macam-macam Musibah Sungguh musibah beragam bentuknya. Ada yang menimpa jiwa seseorang, tubuhnya, hartanya, keluarganya, dan yang lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:  

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْن 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155) Ath-Thabari berkata: “Ini adalah pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para pengikut Rasul-Nya, bahwa Ia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat, supaya (nyata) diketahui orang yang mengikuti rasul dan orang yang berpaling.” (Jami’ul Bayan, 2/41) Pentingnya Istirja’ ketika Musibah Istirja’ adalah ucapan: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُوْنَ “Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ 

 “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157) Shahabiyah Ummu Salamah menyebutkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُوْلُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا 

“Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no. 918) Ummu Salamah berkata: “Tatkala Abu Salamah meninggal, aku mengucapkan istirja’ dan mengatakan: ‘Ya Allah, berilah saya pahala pada musibah yang menimpa saya dan berilah ganti bagi saya yang lebih baik darinya.’ Kemudian aku berpikir kiranya siapa orang yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah? Maka tatkala telah selesai masa ‘iddah-ku, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (datang) meminta izin untuk masuk (rumahku) di mana waktu itu aku sedang menyamak kulit… Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melamarku. Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah selesai dari pembicaraannya, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, sebenarnya saya mau dilamar tapi saya seorang wanita yang sangat pencemburu. Saya khawatir, anda akan melihat dari saya sesuatu yang nantinya Allah akan mengazab saya karenanya. Saya juga orang yang sudah berumur dan banyak anak.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Adapun apa yang engkau sebutkan tentang sifat cemburu, niscaya Allah akan menghilangkannya. Dan apa yang engkau sebutkan tentang umur maka aku juga sama (sudah berumur). Dan yang engkau sebutkan tentang banyaknya anak, maka anakmu adalah tanggunganku.’ Aku berkata: ‘Aku menyerahkan diriku kepada Rasulullah.’ Lalu beliau menikahiku. Ummu Salamah berkata setelah itu: “Allah telah menggantikan untukku yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad) Ini merupakan bukti dari firman Allah: 

 وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ 

 “Dan berilah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155) Yaitu adakalanya seseorang diberi ganti oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan yang lebih baik. Seperti yang dialami Ummu Salamah ketika suaminya meninggal. Ketika Ummu Salamah mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan apa yang beliau perintahkan dengan penuh ketaatan, Allah Subhanahu wa Ta’ala ganti dengan yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya kebaikan adalah apa yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya sedangkan kesesatan serta kecelakaan ada pada penyelisihan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Tatkala Ummu Salamah tahu bahwa segala kebaikan yang ada di alam ini -baik umum atau khusus- datangnya dari sisi Allah, dan bahwa segala kejelekan yang ada di alam ini yang khusus menimpa hamba dikarenakan menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka ketika Ummu Salamah mengucapkan kalimat tersebut ia mendapatkan kemuliaan mendampingi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dunia dan akhirat. Terkadang pula dengan kalimat istirja’ tadi seorang hamba mendapatkan kedudukan yang tinggi dan pahala yang besar. Kalimat ini

 (إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ) 

mengandung obat/penghibur dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya bagi orang yang ditimpa musibah. Kalimat ini adalah sesuatu yang paling tepat dalam menghadapi musibah dan lebih bermanfaat bagi hamba untuk di dunia ini dan akhirat kelak. Karena di dalamnya terkandung pengakuan yang tulus bahwa hamba ini, jiwanya, keluarganya, hartanya dan anaknya adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah jadikan itu semua sebagai titipan yang ada pada hamba. Jika Allah mengambilnya maka itu seperti seseorang yang mengambil barang yang dipinjam oleh peminjam. Kalimat ini juga mengandung pengukuhan bahwa kembalinya hamba hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang pasti akan meninggalkan dunia ini di belakang punggungnya. Ia akan menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat sendirian, sebagaimana awal mulanya. Tiada keluarga dan harta yang bersamanya. Ia akan datang nanti dengan membawa amal kebaikan dan amal kejelekan. Penghibur Kesedihan  Sebagian orang menyangka bahwa orang yang ditimpa penyakit atau semisalnya adalah orang yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal tidak seperti itu kenyataannya. Karena terkadang seorang diuji dengan penyakit dan musibah padahal ia seorang yang mulia disisi-Nya seperti para nabi, rasul, dan orang shalih. Sebagaimana yang dialami Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masih di Makkah, saat perang Uhud dan Ahzab serta ketika wafatnya. Musibah juga menimpa Nabi Ayyub, Nabi Yunus, dan nabi yang lainnya ‘alaihimussalam. Itu semua untuk mengangkat kedudukan mereka dan dibesarkannya pahala serta sebagai contoh (kesabaran) bagi orang yang datang setelah mereka. Terkadang seorang diuji dengan kesenangan -seperti harta yang banyak, istri, anak-anak, dan lainnya- namun tidak sepantasnya untuk dikatakan sebagai orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala jika ia tidak melakukan ketaatan kepada-Nya. Orang yang mendapatkan itu semua bisa jadi memang orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bisa jadi orang yang dimurkai-Nya. Keadaannya berbeda-beda, sedangkan kecintaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala bukanlah karena kedudukan, anak, harta dan jabatan. Kecintaan di sisi-Nya diraih dengan amal shalih, takwa dan kembali kepada Allah serta melaksanakan hak-hak-Nya. (lihat Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, 7/150-151) Seorang mukmin hendaklah yakin bahwa apa yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya akan menimpanya, tidak meleset sedikit pun. Sedangkan apa yang tidak ditakdirkan oleh-Nya pasti tidak akan menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ 

 “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 22-23)  Seseorang yang ditimpa musibah hendaklah melihat apa yang ada dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Niscaya ia akan mendapatkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan sesuatu yang lebih besar dari lenyapnya musibah, bagi orang yang sabar dan ridha. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ 

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

 مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ 

“Senantiasa bala` (cobaan) menimpa seorang mukmin dan mukminah pada tubuhnya, harta dan anaknya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki dosa.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399)  Seorang yang ditimpa musibah hendaklah tahu bahwa di setiap sudut kampung dan kota bahkan setiap rumah, ada orang yang tertimpa musibah. Di antara mereka ada yang terkena musibah sekali dan ada pula yang berkali-kali. Hal itu tidak terputus sampai seluruh anggota keluarga terkena semua. Dengan demikian ia akan merasakan ringannya musibah karena bukan hanya dia yang terkena cobaan. Jika melihat ke kanan, ia tidak melihat kecuali orang yang terkena musibah. Dan jika melihat ke kiri, ia tidak melihat kecuali orang yang sedih. Bila orang yang terkena musibah tahu bahwa jika dia memerhatikan alam ini tidaklah ia melihat kecuali di tengah-tengah mereka ada yang terkena musibah, baik dengan lenyapnya sesuatu yang dicintai atau tertimpa dengan sesuatu yang tidak mengenakkan. Maka dia akan tahu bahwa kebahagiaan dunia hanyalah seperti mimpi dalam tidur atau bayangan yang lenyap. Jika kesenangan dunia membuat tertawa sedikit, ia akan menjadikan tangis yang banyak. Dan tidaklah suatu rumah dipenuhi keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi ratap tangis. Muhammad bin Sirin berkata: “Tiada suatu tawa kecuali setelahnya akan datang tangis.”  Seorang hamba melihat dengan mata hatinya sehingga ia tahu bahwa pahitnya kehidupan dunia itu adalah suatu hal yang manis di akhirat dan manisnya dunia merupakan perkara yang pahit di negeri akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang membaliknya. Lihatlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: 

 يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ: يَا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيْمٌ قَطُّ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ، وَاللهِ يَا رَبِّ. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ، وَاللهِ يَا رَبِّ، مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ وَلاَ رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ 

 Di hari kiamat nanti akan didatangkan seorang penduduk dunia yang paling mendapatkan nikmat dari penghuni neraka, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celupan, kemudian ditanya: “Wahai anak keturunan Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah kamu pernah mendapatkan kenikmatan?” Ia menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai Rabbku.” Dan akan didatangkan seorang yang paling menderita di dunia dari penduduk surga lalu ia dicelupkan ke dalam surga sekali celupan, kemudian ditanya: “Wahai anak keturunan Adam, pernahkah kamu melihat penderitaan? Pernahkah kamu merasakan kesengsaraan?” Ia menjawab: “Tidak demi Allah, wahai Rabbku. Tidak pernah aku mengalami penderitaan dan tidak pernah melihat kesengsaraan.” (HR. Muslim no. 2807)  Orang yang ditimpa musibah hendaklah meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertawakal kepada-Nya. Hendaklah ia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama orang-orang yang sabar. Hendaklah orang yang ditimpa musibah memantapkan dirinya sehingga tahu bahwa musibah yang datang kepadanya itu datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesuai dengan keputusan dan takdir-Nya. Hendaknya dia menyadari pula bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menakdirkan musibah kepadanya untuk membinasakan dan menyiksanya, tetapi Ia mengujinya untuk diuji kesabaran dan keridhaannya serta pengaduannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. ‘ Hendaklah diketahui bahwa musibah yang paling besar adalah musibah yang menimpa agama seorang. Seperti seseorang yang dahulu rajin ibadah, namun kini bermalas-malasan, atau orang yang dulunya taat kini meninggalkannya dan suka dengan kemaksiatan. Inilah musibah yang tidak ada keberuntungannya sama sekali. ‘Al-Imam Ibnul Jauzi menyebutkan beberapa perkara untuk mengobati musibah sehingga seorang tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang bisa membinasakan dan mengabaikan hak dan kewajiban, yaitu: – Mengetahui bahwa dunia tempat ujian dan petaka serta bahwa musibah suatu hal yang pasti terjadi. – Memperkirakan adanya orang yang ditimpa musibah lebih besar dan banyak dari musibahnya, serta melihat keadaan orang yang ditimpa musibah seperti musibahnya sehingga ia terhibur karena bukan hanya dia saja yang terkena musibah. – Meminta ganti yang lebih baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharap pahala dari kesabarannya. (Diambil dari kitab Tasliyatu Ahlil Masha`ib karya Al-Imam Muhammad Al-Munbajja Al-Hanbali -dengan ringkas- hal. 13-22) Faedah di Balik Musibah Allah Maha Bijaksana, tiada keputusan dan ketentuan-Nya yang lepas dari hikmah. Tidak terkecuali dengan perkara musibah ini. Kalaulah seandainya tidak ada faedah dari musibah ini kecuali sebagai penghapus dosa di mana itu saja sudah mencukupi, bagaimana kiranya jika di sana ada setumpuk faedah? Subhanallah! Shahabat Ibnu Mas’ud berkata: “Aku masuk kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sangat demam.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Benar, sesungguhnya aku merasakan demam seperti demamnya dua orang di antara kalian.’ Aku berkata: ‘Yang demikian karena engkau mendapat pahala dua kali lipat.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Benar, memang seperti itu. Tiada seorang muslim pun yang ditimpa sesuatu yang mengganggu, sakit atau selainnya kecuali Allah akan mengampuni dosanya seperti pohon yang merontokkan daunnya’.” (HR. Muslim no. 2571, Kitabul Birri wash Shilah) Berikut ini beberapa faedah dari musibah: 1. Musibah yang menimpa menunjukkan kepada manusia akan kekuasaan Allah dan lemahnya hamba. 2. Musibah menjadikan hamba menuluskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tiada tempat untuk mengadukan petaka kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tiada tempat bersandar agar tersingkapnya petaka kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ 

“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Al-’Ankabut: 65) 3. Musibah menjadikan seorang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersimpuh di hadapan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

 وَإِذَا مَسَّ اْلإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيْبًا إِلَيْهِ

 “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaratan, dia memohon (pertolongan) kepada Rabbnya dengan kembali kepada-Nya.“ (Az-Zumar: 8) 4. Musibah menjadikan seorang mempunyai sifat penyantun dan pemaaf terhadap orang yang melakukan kesalahan kepadanya. 5. Musibah menyebabkan seorang bersabar atasnya. Dan sabar menyebabkan datangnya kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta pahala-Nya yang banyak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ 

 “Dan Allah cinta orang-arang yang sabar.” (Al-’Imran: 146) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ 

“Tidaklah seorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 781) 6. Bergembira dengan musibah karena besarnya faedah dari musibah ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

 وَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيَفْرَحُ بِالْبَلاَءِ كَمَا يَفْرَحُ أَحَدُكُمْ بِالرَّخَاءِ 

 “Dan sungguh salah seorang dari mereka (yakni orang-orang yang shalih) merasakan senang terhadap bala` (musibah) seperti salah seorang kalian suka terhadap kemakmuran.” (Shahih Sunan Ibnu Majah, 3/318, no. 3266) 7. Musibah akan membersihkan dosa dan kesalahan. 8. Musibah akan menumbuhkan sifat belas kasihan pada diri seseorang terhadap yang ditimpa musibah dan membantu untuk meringankan beban mereka. 9. Mengetahui besarnya nikmat sehat serta mensyukurinya, karena nikmat tidaklah diketahui kadar besarnya kecuali setelah tidak adanya. 10. Di balik dari musibah ada faedah-faedah yang tersembunyi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

 فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا 

 “Mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa`: 19) Tatkala raja yang bengis hendak merampas Sarah (istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam) dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ternyata di balik musibah itu sang raja akhirnya memberikan seorang pembantu yang bernama Hajar kepada Sarah. Dari Hajar (istri Ibrahim ‘alaihissalam), lahirlah Isma’il, dan di antara keturunan Isma’il adalah penutup para nabi dan rasul yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 11. Musibah dan penderitaan akan menghalangi sifat sombong, angkuh, dan kebengisan. Kalaulah raja Namrud yang kafir itu seorang yang fakir, sakit-sakitan, tuli dan buta, tentulah ia tidak akan membantah Nabi Ibrahim tentang Rabbnya. Namun keangkuhan kekuasaan itulah yang menyebabkan Namrud menentang Ibrahim. Dan seandainya Fir’aun itu fakir dan sakit-sakitan tentu ia tidak akan mengatakan: ‘Sayalah Rabb kalian yang paling tinggi.’ Allah berfirman: 

 إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَيَطْغَى. أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى 

“Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-’Alaq: 6-7) Dan firman-Nya: 

 وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيْرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوْهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُوْنَ 

 “Dan kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya’.” (As-Saba: 34) Sedangkan orang-orang fakir dan lemah mereka banyak yang menjadi wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pengikut para Nabi. Karena faedah-faedah yang mulia ini, maka orang yang paling besar cobaannya adalah para nabi, kemudian yang semisal mereka, kemudian yang semisalnya. Mereka dituduh sebagai orang-orang gila, tukang sihir, dan sekian ejekan lainnya. Namun mereka bersabar atas pendustaan dan gangguan orang-orang kafir tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيْرًا 

 “Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan diri kalian, dan juga kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak.” (Ali ‘Imran: 186) [Dinukil dari Tafsir Al-Qasimi -dengan ringkas- 1/405-409] Kewajiban Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Merendahkan Diri di Hadapan-Nya ketika Datang Musibah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah-Nya yang mendalam menguji hamba-Nya dengan kesenangan dan penderitaan untuk menguji kesabaran dan syukur mereka. Barangsiapa bersabar ketika mendapat musibah dan bersyukur ketika mendapat nikmat serta bersimpuh di hadapan-Nya saat mendapat cobaan, dengan mengadu kepada-Nya akan dosa dan kekurangannya serta memohon rahmat dan ampunan-Nya, sungguh ia telah beruntung dan meraih kesudahan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ 

“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang jelek-jelek agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Al-A’raf: 168) Dan firman-Nya: 

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum: 41) Yang dimaksud dengan kebaikan di sini adalah nikmat seperti kesuburan, kemakmuran, kesehatan, dimenangkan atas musuh dan semisalnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kejelekan adalah musibah seperti penyakit, dikuasai oleh musuh, gempa, angin topan, banjir yang menghancurkan dan semisalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala uji dengan itu semua agar manusia kembali ke jalan yang benar, segera bertaubat dari dosa dan bergegas menuju ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Karena kekufuran dan maksiat adalah sumber segala bencana di dunia dan di akhirat. Adapun beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menaati Rasul-Nya dan berpegang teguh dengan syariat-Nya adalah sumber kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk bertaubat kepada-Nya di saat turunnya musibah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ. فَلَوْلاَ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ 

 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al-An’am: 42-43) Telah shahih riwayat dari Amirul Mukminin Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu bahwa beliau menulis surat kepada para gubernurnya ketika terjadi gempa di zamannya. Beliau menyuruh mereka untuk memerintahkan kaum muslimin supaya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan beristighfar dari dosa-dosa. (lihat Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, 2/126-129)

                   والله أعلم بالصواب  

Kisah Mansyurudin, Tunanetra Penghafal Quran yang Tinggal di Bilik Bambu


Mansyurudin Santri Tunanetra
Mansyurudin, Santri Tunanetra. Foto: Dok. Daarul Quran
Meski matanya tak bisa melihat, tapi tekadnya untuk menghafal Alquran begitu kuat. Dia adalah Mansyurudin. Lelaki tunanetra berusia 25 tahun yang menjadi santri di Rumah Tahfidz Nurul Qolbi, Tajur, Bogor.

Mansyurudin tinggal bersama dengan bapak dan kakak perempuannya. Ibu Mansyurudin sudah meninggal dunia saat dia masih kecil. Ayah Mansyurudin kondisinya sakit-sakitan sehingga tidak bisa lagi bekerja. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, kakak perempuannya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan Mansyurudin menjadi tukang pijat keliling.
Rumah Mansyurudin berada di Gang Tangkil, Rt 02/05, Kelurahan Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Bogor. Meski tinggal di rumah berdinding anyaman bambu dan lantai yang masih beralas tanah, Mansyurudin tetap semangat menjalani kehidupan. Terkadang, saat hujan tiba ia sering khawatir karena dinding yang sudah usang nyaris roboh serta atapnya yang bocor. Tapi ia tetap sabar dan ikhlas menerima ujian tersebut.
"Kalau hujan turun saya gak bisa tidur, gimana bisa tidur nyenyak, sedangkan atap bocor di mana-mana, dinding rumah saya sudah hampir roboh. Saya pasrah aja, sambil baca sholawat, kadang baca sebisanya, berharap sama Allah semoga tidak terjadi apa-apa dengan saya, keluarga dan rumah saya," tutur Mansyurudin dalam keterangan tertulis PPPA Daarul Qur’an Bogor
Mansyurudin Santri Tunanetra
Mansyurudin, Santri Tunanetra. Foto: Dok. Daarul Quran
Meski begitu, Mansyurudin tetap bersyukur karena Allah masih memberikannya kesempatan untuk menjadi tukang pijat. Dari penghasilannya sebagai tukang pijat itu dia bercita-cita ingin merenovasi rumahnya agar tidak bocor ketika hujan. Meski tahu akan butuh waktu lama agar uangnya terkumpul, tetapi Mansyurudin tetap optimis. Menurutnya di mana kemauan, di situ pasti ada jalan.

“Saya kepengen banget benerin rumah, tapi uang buat benerin belum ada, kerjaan saya tukang pijit, kakak saya juga sebagai pembantu, yang penting bisa buat makan sehari aja udah alhamdulillah," ujarnya.
PTR- Mansyurudin Santri Tunanetra
Mansyurudin, Santri Tunanetra. Foto: Dok. Daarul Quran
Dalam keterbatasannya itu, Mansyurudin tetap berikhtiar untuk menjadi hamba yang bertakwa yaitu dengan menghafal Alquran. Uang hasil memijat ia gunakan untuk makan sehari-hari, dan jika ada lebih dipakai untuk ongkos mengaji ke Rumah Tahfidz Nurul Qolbi.
Kegigihan dan semangat Mansyurudin menggugah PPPA Daarul Qur’an untuk mewujudkan mimpi Mansyurudin memperbaiki rumahnya.

Kenapa Sih Harus Mengucap Hamdallah Ketika Bersin?


KETIKA kita bersin, Allah SWT dan Rasul-Nya memerintahkan untuk mengucap hamdallah. Mengapa demikian? Mungkin, pemikiran seperti inilah yang melintas dalam benak Anda. Namun, pernahkah terpikir pula bahwa bersin merupakan nikmat Allah yang amat luar biasa?


Jika kita masih bisa untuk bersin, maka itu artinya pertahanan tubuh kita masih berjalan normal. Mengapa bisa seperti itu? Bersin merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mencegah benda asing masuk ke dalam tubuh. Bersin itu dikaitkan sebagai proses keluarnya udara dengan cepat dan keras melewati hidung dan mulut.


Dalam Islam, bersin memiliki kedudukan tersendiri. Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Apabila seorang di antara kalian bersin maka ucapkanlah Alhamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan yarhamukallah, dan bila dijawab demikian maka balaslah dengan ucapan yahdikumullah wa yuslihubaalakum,” (HR. Bukhari).


Kembali kepada kebingungan Anda, mengapa harus mengucap hamdallah? Poin yang pertama sudah jelas, karena kita bersyukur kepada Allah SWT masih memberikan kita pertahanan tubuh yang normal. Bersin dapat membersihkan hidung dan saluran napas kita dan bakteri, kuman dan zat asing lainnnya.


Poin kedua, berdasarkan hasil penelitian, pada saat kita bersin jantung kita berhenti sekitar nol koma sekian detik. Pernahkah kita membayangkan jantung kita berhenti berdenyut untuk selamanya? Nah, pada kondisi bersin ini kita diingatkan Allah atas salah satu nikmat-Nya berupa fungsi jantung yang baik.


Jantung merupakan organ tubuh yang bekerja secara tidak sadar. Pernahkah kita menghitung berapa kali denyutan jantung memompa darah dalam setiap hari? Kita jarang mengingat dan bersyukur pada Allah bahwasanya kita memiliki jantung sebagai organ yang sangat vital dalam tubuh ini.


Jadi, mengucap hamdallah saat bersin adalah bagian dari rasa syukur kita kepada Allah karena Allah masih mengkaruniakan kita kesehatan atas sistem pertahanan tubuh dan fungsi jantung yang normal.

Maka dari itu, jangan lupa ya, setiap kali kita bersin ucapkan hamdallah! 




Sumber : www.merdekasiana.com
 
Copyright © 2014 Dhe Muchtar. Designed by dhemuchtar